15 Agustus 2008

Cristiano dan Fenomena Brasil


BERAPA pemain asal Brasil yang tampil di Liga Primer Inggris? Kalau Anda cukup cermat mengamati liga paling populer di Benua Asia ini, pasti mudah menjawabnya karena mereka tak lebih dari jumlah jari tangan. Ya, para "penari Samba" hanya lima orang. Di Bahrain atau Uni Emirat Arab saja, jauh lebih banyak pemain Brasil ketimbang di Premiership.

Dalam artikelnya yang dimuat di majalah World Soccer, edisi Mei 2007, koresponden harian Brasil O'Globo di Inggris, Fernando Duarte, memaparkan fenomena ini dengan bahasan yang menarik. Menurut Duarte, banyak hal yang membuat pemain Brasil enggan bermain di Premiership, namun hal yang paling dominan adalah adanya perbenturan budaya.

Secara spesifik Duarte menyebutkan, faktor bahasa dan makanan membuat pemain seperti Ronaldinho tak begitu memedulikan tawaran cantik Manchester United saat dia masih bermain untuk Paris St Germain. Pemain terbaik dunia itu lebih memilih hijrah ke Barcelona, yang secara budaya, tak terlalu jauh berbeda dengan negeri kelahirannya.

Memang, eksodus pemain-pemain Brasil ke Eropa barat yang terjadi sejak awal 1980-an mengecualikan Inggris sebagai negara tujuan. Jika Portugal dan Spanyol menjadi negara paling favorit bagi para talenta Brasil, hal itu sangat bisa dimengerti karena faktor bahasa dan kerapatan kultur secara umum. Namun negara seperti Italia, Perancis, dan Jerman ternyata juga menjadi pengimpor besar bintang-bintang Brasil. Meski bahasa tetap menjadi kendala, negara-negara itu menyediakan makanan yang lebih kurang masih sesuai dengan lidah Brasil.

Lantas pertanyaannya, apakah memang hanya sekadar kendala bahasa dan makanan, sehingga saat ini hanya ada lima pemain Brasil di Premiership? (Mereka adalah Gilberto Silva, Denilson, Julio Baptista [Arsenal], Fabio Aurelio [Liverpool] dan Fabio Rochemback [Middlesbrough]).

Faktor tingginya pajak di Inggris bisa jadi membuat para pemain Brasil enggan, meski klub seperti MU atau Chelsea pasti tak segan merogoh kocek 120.000 pound sepekan, misalnya, untuk menggaet Kaka dari AC Milan atau Diego dari Werder Bremen. Sangat boleh jadi, faktor iklim yang selalu basah di Inggris dan ritme permainan yang begitu cepat di Premiership membuat begitu banyak bintang Brasil akhirnya lebih melirik negara lain.

Jika faktor iklim dan cuaca dikesampingkan, satu-satunya kendala bagi para pemain Brasil memang cara bermain klub-klub Inggris yang temponya supercepat. Hanya beberapa pemain, terutama Gilberto Silva, yang mampu beradaptasi dengan sistem itu, dan dalam dua musim terakhir dia menjadi andalan "The Gunners". Sementara Baptista mulai menemukan iramanya, para Brasil lain masih sibuk menyesuaikan diri. Aurelio dan Denilson misalnya, lebih banyak duduk di bangku cadangan.

Fenomena Cristiano
Fenomena Gilberto Silva dan Baptista tampaknya memang masih akan lama memberi dampak kepada ketertarikkan para Brasil terhadap Premiership. Namun, sebenarnya ada fenomena lain yang membuktikan, pace yang begitu tinggi di sepak bola Inggris ternyata bisa diadaptasi dengan mulus oleh pemain-pemain dengan "talenta emas Brasil".

Nama Cristiano Ronaldo harus disebut dalam konteks ini karena pemain asal Portugal tersebut memberikan pengertian lain pada bagaimana terjadinya percampuran yang pas antara keindahan ala Brasil dan kecepatan ala Inggris. Kemampuan mengolah bola mantan pemain Sporting Lisbon ini bahkan sedikit di atas, katakanlah Robinho (Real Brasil), atau bahkan Ronaldinho.

Pada tahun-tahun pertamanya di Old Trafford, banyak yang meragukan kemampuan Cristiano beradaptasi dengan pasukan "Setan Merah". Dia banyak diejek karena "hanya mampu menari tapi tidak bermain bola secara tim". Hanya perlu waktu satu tahun, Cristiano membalikkan semua teori. Selepas Piala Eropa 2004, dia mulai memberikan energinya pada permainan MU. bahkan, selepas Piala Dunia 2006, pemain kelahiran Funchal, Portugal 5 Februari 1985 itu, menjadi "roh" bagi United.

Perannya yang sangat besar membawa United memuncaki Liga Inggris sejauh ini, membuat Cristiano layak diunggulkan sebagai calon kuat perebut gelar Pemain Terbaik Dunia untuk sejumlah versi. Jalan ke arah sana telah dirintisnya dengan memenangi dua penghargaan sekaligus dari asosiasi pemain bola profesional Inggris (PFA).

Sebelum Cristiano meroket ke langit, fenomena lain sebenarnya sudah diusung Thierry Henry. Bintang asal Perancis yang menjadi jiwa Arsenal itu adalah satu dari sedikit pemain "bertalenta Brasil" yang sukses besar di Inggris. Henry mampu memadukan kecepatan dan keterampilan teknisnya untuk membawa Arsenal merajai Liga Inggris di tahun-tahun awal milenium ketiga.

Dibandingkan dengan Kaka atau Ronaldinho, gugatan terharap Henry adalah kemampuannya dalam peran sebagai pengatur irama permainan. Tidak seperti Kaka atau Ronaldinho yang sanggup menjadi pengatur tempo, Henry hanya dinilai sebagai striker sejati dengan naluri mencetak gol luar biasa.

Meski begitu, gugatan yang sama sulit dilayangkan kepada Cristiano. Walaupun lebih banyak beroperasi di sisi sayap, pemain ini secara tidak langsung selalu memainkan peran sebagai playmaker. Daya jelajahnya yang mendekati 11 kilometer per pertandingan, membuat "Brasil made in Portugal" ini mengungguli pamor Kaka dan Ronaldinho, dua Brasil asli. (zbc-Jumat, 27 April 2007)

Tidak ada komentar: