16 Agustus 2008

Scholes, Jahe Rasa Cabe Rawit


GINGER atau jahe, begitulah julukan yang melekat pada Paul Scholes di Manchester United. Dengan aksi-aksi plus akurasi tendangan jarak jauhnya, dia adalah jahe dengan rasa menyengat cabe rawit.

Ukuran tubuh yang agak mini untuk pemain bola, plus warna kulitnya bule kemerah-merahan, mungkin jadi salah satu alasan kenapa Scholes dijuluki ginger. Namun seperti banyak pesepakbola mungil namun punya skill wah, gelandang serang yang satu ini juga masuk dalam kriteria tersebut.

Dengan usia yang sudah 33 tahun, Scholes jelas masuk kategori pemain tua, apalagi di klub seperti Manchester United. Tentu tak salah masih mengandalkan pemain senior, dan Sir Alex Ferguson pastinya punya pertimbangan yang lebih bagus saat memasang Scholes ketika menghadapi Barcelona di semifinal Liga Champions midweek lalu.

Bukan Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez atau Nani yang jadi bintang sekaligus pahlawan kemenangan MU. Tendangan jarak jauh Scholes dari luar kotak penalti menjadi satu-satunya gol yang tercipta dalam dua leg laga tersebut sekaligus memberi "Setan Merah" tiket final Liga Champions pertama sejak 1999.

Tendangan cannon ball sudah menjadi salah satu trade mark Scholes sejak kemunculannya di skuad MU seior di awal 1990-an. Dengan kelebihannya yang satu itu dia kerap jadi pemupus kebuntuan lini depan MU.

Jumlah gol yang dicetak Scholes selama semusim memang banyak menurun dibanding empat atau lima tahun lalu. Tapi dari jumlah yang sedikit tersebut, pemain bernama lengkap Paul Aaron Scholes itu tetap memainkan peran sebagai penguasa lapangan tengah dengan sangat baik.

Scholes punya banyak keistimewaan lain di samping tendangan jarak jauh dengan akurasi tinggi itu. Pemain bertinggi 170 cm itu kini adalah operator mesin Manchester United.

Dia tak lagi menjadi gelandang serang murni seperti saat masih bertandem dengan Roy Keane. Dengan umpan kedua kaki yang sama bagus, plus passing jarak pendek dan panjang yang sangat oke, Fergie memplot Scholes sebagai holding midfielder, peran yang ternyata mampu dilakoni dengan baik olehnya.

Karena kemampuan itulah Sven Goran Eriksson dan Steve McClaren sempat meminta Scholes kembali ke timnas Inggris meski kemudian kekeuh ditolak sang pemain. Usai gelaran Euro 2004 lalu dia memilih memfokuskan diri pada The Red Devils, klub yang hingga kini sudah dibelanya sebanyak 393 pertandingan selama 15 tahun.

Kalau pemain muda MU kemudian menghormati Scholes, itu pastinya bukan hanya karena usia yang lebih senior. Faktanya Scholes memang bersahaja di dalam dan di luar lapangan. Menurut penuturan Rio Ferdinand, Scholes adalah satu-satunya pemain yang belum pernah mendapat "hair-dryer treatment" dari Fergie. (dtc-Senin, 05/05/2008)

Tidak ada komentar: