16 Agustus 2008

Menanti Pendobrak Empat Besar

SUDAH enam musim lamanya, empat besar Liga Premier selalu ditempati oleh Manchester United, Chelsea, Arsenal dan Liverpool. Pengecualian hanya terjadi pada tiga musim silam saat Everton merusak tradisi itu. Menjelang bergulirnya musim 2008-09, Sabtu (16/8), banyak orang ingin melihat peta empat besar berubah, lalu siapa yang berpeluang?

Perhatian ditujukan pada Aston Villa, Blackburn Rovers, Everton, Manchester City, Portsmouth dan Tottenham Hotspur. Di luar mereka juga ada barisan kuda hitam lapis dua seperti Newcastle United.

Teristimewa Newcastle karena manajer Kevin Keegan sempat melontarkan komentar kontroversial di akhir musim lalu. "Liga Premier mulai membosankan," katanya ketika itu terkait posisi empat besar yang selalu diisi oleh tim itu-itu saja.

Tentu saja Keegan akan dituntut untuk bisa mengubah peta itu. Namun sayang, Keegan tak banyak melakukan aksi di bursa transfer. Sejauh ini, hanya Danny Guthrie (Liverpool) dan Jonas Gutierrez (Real Mallorca) yang direkrut. Sebaliknya, dia memulangkan gelandang Emre Belozoglu ke Turki, khususnya klub Fenerbahce.

Artinya, Newcastle tak punya perubahan amunisi signifikan untuk ikut bersaing di papan atas. Belum lagi faktor cedera pemain seperti yang kerap dialami striker Michael Owen, Mark Viduka dan Obafemi Martins.

Itu sebabnya Keegan cuma dianggap omong besar karena dia sendiri tak mungkin bisa mengubah sinyalemen yang diucapkannya. Harapan terbesar justru ditujukan pada Tottenham. Sejak bulan Januari lalu, manajer Juande Ramos sudah mengeluarkan uang hingga 90 juta pounds untuk berburu pemain.

Ramos memperbaiki sejumlah sektor dalam dan luar lapangan. Program diet dan fitness ketat adalah agenda pertamanya. Di bursa transfer musim panas ini, pelatih asal Spanyol itu sudah mendatangkan kiper Heurelho Gomes, penyerang Giovanni Dos Santos, pengatur serangan Luka Modric, pemain sayap David Bentley dan pemain masa depan John Bostock. Kemudian Ramos juga melepas 11 pemain yang dianggapnya tak masuk dalam rencana skuad.

Tapi Tottenham kehilangan salah satu pemain berpengaruh, striker Robbie Keane, yang dijual ke Liverpool. Tentu Ramos masih terus mencari penggantinya di bursa transfer, namun untuk sementara lini depannya masih menjanjikan. Dalam laga pra-musim terbarunya, Tottenham menggempur AS Roma 5-0.

Selain Tottenham, tim lain yang paling menjanjikan untuk menggoyang empat besar adalah Everton. Faktor manajer David Moyes diyakini menjadi penentu kestabilan perjalanan The Toffees dalam beberapa musim terakhir Liga Premier. Pasalnya, Moyes tak pernah melakukan pembelian pemain yang jor-joran dan berlevel dunia. Maklum, Everton hanyalah klub kelas menengah yang tidak bergelimang dana.

Namun Moyes selalu bisa memoles pemain yang ada. Musim lalu, Joleon Lescott dan Phil Jagielka bersinar di lini belakang. Musim ini, Moyes prihatin dengan langkah lambat manajemen di bursa transfer. Apalagi dia sudah kehilangan penyerang Andy Johnson yang dijual ke Fulham dan gelandang Tim Cahill yang cedera. Namun sejumlah pengamat merasa yakin Moyes selalu punya jalan keluar dengan mengoptimalkan para pemain muda berbakat.

Konsistensi

Dalam kompetisi, konsistensi permainan dan hasil akan menjadi kunci utama. Bagi tim-tim langganan papan tengah, faktor itu kerap menjadi hambatan. Aston Villa, Manchester City dan Portsmouth kerap tersandung oleh konsistensi permainan.

Ketiga klub tersebut menduduki papan tengah musim lalu. Untuk musim ini, Villa masih diganggu oleh jadi tidaknya kapten Gareth Barry hengkang ke Liverpool. Tapi manajer Martin O'Neal sudah bergerak cepat untuk mengantisipasi bila Barry hengkang.

Gelandang Steve Sidwell digaet dari Chelsea. Sementara kiper berpengalaman asal Amerika Serikat, Brad Friedel, dipercaya mengawal gawang menyusul perginya Thomas Sorensen. Friedel adalah salah satu kiper paling konsisten di musim lalu. Sayang, klub asal kota Birmingham ini kehilangan bek tengah handal Olof Melberg yang hengkang ke Juventus menyusul kontraknya yang kadaluarsa.

Tim papan tengah juga biasanya melesat cepat di awal kompetisi. Portsmouth dan Manchester City adalah contohnya. Mereka berdua sempat menduduki posisi teratas di Liga Premier musim lalu, namun lambat laun turun ke habitat aslinya.

Musim ini, Portsmouth telah mendatangkan penyerang Peter Crouch dari Liverpool. The Pompey pasti akan mengandalkan Crouch dan Jermaine Defoe untuk menggedor gawang lawan. Untuk sementara, hasilnya belum terlihat. 

Tapi, manajer Harry Redknapp pasti gembira melihat pasukannya bisa menahan imbang Manchester United tanpa gol di masa reguler sebelum kalah 1-3 di babak penalti perebutan trofi Community Shield pekan lalu. Redknapp boleh lega dengan kokohnya pertahanan dan kesolidan David James di bawah mistar gawang.

Sementara City kedatangan pelatih baru berbakat Mark Hughes. Sejak musim lalu, skuad City sudah menjanjikan, terutama kiper muda Joe Hart, bek Micah Richards, serta dua gelandang serang Elano dan Martin Petrov.

Namun tim papan tengah juga punya hambatan fisik pemainnya. Mereka tidak dapat tampil konsisten karena satu-dua pemainnya kerap cedera dan harus istirahat terlalu lama. Status mereka sebagai tim menengah membuatnya tak bisa merekrut ahli fisioterapi atau dokter berharga mahal nan berkualitas. Dan ini berimbas pada pemeliharaan fisik pemain sehingga mempengaruhi kualitas permainan.

Secara umum, tim-tim itu punya kualitas cukup untuk bisa merangsek ke posisi empat musim ini, terutama Everton, Tottenham dan Portsmouth. Andai itu tak terjadi, mereka masih bisa menyulitkan empat tim mapan di atasnya.

Tim seperti ketiganya sering dibenci tim mapan. Pasalnya, di saat Manchester United atau Chelsea membutuhkan poin agar bisa berlari kencang menjauhi Arsenal dan Liverpool, justru langkah mereka terjegal. Akan lebih mengesalkan karena jadwal pertemuan mereka masing-masing sering terjadi di masa-masa krusial. (Hdn/bb- Selasa, 12 Agustus 2008)

Tidak ada komentar: