15 Agustus 2008

SE(X) PAK BOLA


APA hubungan sepak bola dengan seks? Atau, malah tidak ada hubungannya sama sekali? Kalau boleh memilih jawaban, saya lebih suka menjawab sangat dekat hubungan di antara keduanya. Sederhana, untuk mendapatkan seks yang oke, artinya bisa mencapai klimaks yang fantastis, hal pertama yang dibutuhkan adalah fisik yang prima. Nah, rasa-rasanya mustahil seorang pria bisa mempunyai tubuh yang bugar, prima, dan bertenaga tanpa olahraga yang teratur.

Kalau dalam sepak bola ada dua babak: 2 X 45 menit, ritual hubungan seks pun -sesuai aturan main yang berlaku- mesti melewati tiga babak: foreplay, intercourse, dan afterplay. Jangan tanya soal waktu yang diperlukan untuk melewati tiga babak tersebut. Bisa sejam, dua jam, atau malah lebih.

Untuk foreplay saja misalnya, kalau pasangan pria dan wanita memilih menggunakan teori "mandi kucing" ditambah "seks oral" saja, paling tidak butuh waktu sekitar 10-15 menit. Belum lagi kalau didahului adegan lapdance -menari-nari di atas pangkuan-, bisa-bisa menghabiskan waktu 20 menit.

Ketika masuk pada babak intercoursing, standar normalnya, seorang pria membutuhkan sedikitnya 300 dorongan. Itu berarti waktu yang diperlukan bisa sekitar 7-10 menit. Tapi, beberapa pria yang masuk kategori "luar biasa" bisa melakukan dorongan sebanyak 600 sampai 1.000 kali baru bisa ejakulasi.

Babak afterplay biasanya memakan waktu yang paling sedikit. Karena yang diperlukan paling-paling hanya kissing atau saling peluk setelah aktivitas intercoursing berakhir. 1 sampai 5 menit, mungkin sudah cukup.

Kalau dihitung-hitung, satu kali hubungan seks, rentang waktu yang dibutuhkan bisa 1-2 jam. Semua sangat bergantung kepada kekuatan dan fisik yang prima. Bagaimana mungkin pria bisa melakukan 600 dorongan kalau ternyata fisiknya loyo. Bagaimana seorang suami bisa membuat istri merasakan multiple-orgasm dalam satu kali hubungan seks -entah tiga atau empat kali- kalau tidak didukung oleh badan yang bugar.

Makanya, saya selalu percaya, sosok seperti Frank Lampard yang nyaris tak pernah absen bermain selama 2 X 45 menit saat membela Chelsea sangat mungkin "hebat" di tempat tidur. Saya juga tak ragu untuk mengatakan, Ronaldinho bisa melakukan 600 dorongan setiap berhubungan seks, bahkan mungkin lebih.

Memang, belum ada bukti konkret yang menyebutkan soal kekuatan seks Frank Lampard dan Ronaldinho. Tapi, kalau melihat aksi mereka di lapangan, mulai berlari tanpa henti mengitari lebar lapangan, melakukan umpan lambung, menggiring, tackling, sampai berebut bola di udara, saya yakin 99 persen, mereka juga sangat hebat saat bermain di ranjang. Wong di lapangan sepak bola yang lebar dan panjang saja jago, apalagi di lapangan yang lebarnya tak lebih 2 X 3 meter. Skill punya, fisik lebih dari memadai. Dua kombinasi yang pas untuk diterapkan saat melakukan foreplay, intercourse, dan afterplay.

Lagipula, berhubungan seks sebelum bermain bola bisa membuat performa lebih fresh dan bugar. Paling tidak, itu dianjurkan pelatih Brazil untuk World Cup 2006 Carlos Alberto Pereira kepada anak asuhnya. Jangan-jangan, rahasia sukses permainan cantik yang selalu ditunjukkan Ronaldo, Robinho, bahkan Kaka, selain karena talenta, mungkin salah satu di antaranya adalah berhubungan seks sebelum merumput di lapangan. Ups!!!

Jadi, mungkin tidaklah salah, Se(X)pak Bola -maksudnya seks dan sepak bola, kalau mau dirunut secara rinci, mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Coba saja kita tanya, kenapa pacar atau istri para pemain bola rata-rata cantik dan seksi. Kaya, mungkin jadi salah satu faktor. Tapi, saya lebih percaya faktor para pemain bola hebat dalam permainan seks, itu yang lebih utama. Pantas saja, Maradona diam-diam punya istri gelap (atau mungkin cuma pasangan one nite stand) saat masih bermain di Napoli, Italia, dan tak tanggung-tanggung, hubungan itu berbuah Maradona Junior. Cespleng dan tok cer! (Moammar Emka-zbc-Sabtu, 10 Juni 2006)

Tidak ada komentar: